Aplikasi game kucing Angela pernah membuat heboh jagat maya. Pasalnya dikabarkan aplikasi permainan yang lucu ini dapat mengambil data diri para penggunanya. Dugaan bahwa seorang pedofil berada di balik kejadian tersebut.
Dikabarkan, orang itu mengincar anak-anak berusia di bawah 18 tahun membuat orang tua khawatir. Berita itu menyebar cepat lewat jejaring sosial yang setelah ditelusuri adalah hoax. Hal tersebut diklarifikasi oleh Kominfo lewat website resminya, berikut fakta-faktanya:
1. Tidak Adanya Dugaan Pedofilia yang Terbukti
Dugaan adanya pedofilia di balik game kucing Angela tentunya membuat para orang tua khawatir, terlebih bila anaknya berumur kurang dari 18 tahun. Berita tersebut menyebutkan permainan ini dapat mengetahui umur penggunanya dan dapat mengetahui ketika si anak menjawab bohong tentang usianya. Kabarnya, aplikasi ini juga dapat memotret penggunanya.
Faktanya ketika dengan sengaja membuat game ini lebih provokatif termasuk menanyakan hal-hal yang bersifat seksual, game ini akan merespon dengan isyarat penolakan. Memang Angela mungkin menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi.
Seperti “Siapa namamu?”, “Berapa umurmu?” jawaban dari pertanyaan itu tidak dibagikan ke luar aplikasi. Jika memang game ini berbahaya dan mencuri data pribadi penggunanya, tentunya sudah diblokir oleh Android. Namun, nyatanya sampai saat ini masih tersedia di Play Store.
2. Hanya Aplikasi Interaktif
Hal yang menyeramkan dari berita yang tersebar itu adalah adanya bayangan manusia dalam mata kucing dalam game Talking Angela. Angela memang memiliki mata biru yang menarik tetapi akan menjadi menyeramkan jika dugaan-dugaan itu benar.
Faktanya adalah Talking Angela hanyalah sebuah aplikasi interaktif yang dapat menirukan ucapan penggunanya yang memainkan game tersebut. Pengamat Games memastikan tidak ada hal tersebut dan menduga berita ini disebarkan untuk menaikan kepopuleran game ini. Tidak dipungkiri banyaknya game baru yang lebih interaktif membuat beberapa game lama terlupakan.
3. Tidak Pernah Ada Hal Buruk Terjadi
Dalam narasi yang beredar di media sosial, aplikasi game kucing angela ini apabila dimainkan pada pukul 3 dini hari, pengembang game dapat mengetahui lokasi pengguna. Bukan hanya itu, game ini pun berubah menjadi menyeramkan ketika Angela dapat menjawab pertanyaan pemain. Maka munculah tantangan jam 3 pagi yang menurut mitos waktu mahluk jahat masuk ke bumi.
Hal tersebut membuat banyak yang ingin membuktikan kebenarannya. Maka, ramailah pengguna youtube mengunggah video memainkan game Talking Angela pada pukul 3 dini hari. Faktanya adalah tidak terjadi apa-apa pada mereka yang memainkan game ini pada waktu tersebut.
4. Butuh Pendampingan Orang Tua dalam Memainkannya
Orang tua tidak hanya diresahkan dengan dugaan pedofilia yang ada di balik game tersebut. Berita jika game ini memperbolehkan anak untuk mengucapkan kata-kata kasar dan kotor yang kemudian Angela tirukan dengan suara lucu. Orang tua khawatir jika anak-anak akan menganggap kata-kata tersebut adalah hal yang lucu. Ini membuat banyak orang tua mengecam game kucing ini.
Namun, yang sebenarnya terjadi adalah Angela merupakan aplikasi permainan yang dapat menirukan ucapan penggunanya maka kata apa pun yang diucapkan pasti akan ditirukan. Maka orang tua harus mengawasi dan mengajari anaknya tentang kata-kata yang baik dan tidak baik.
5. Hanya Berbentuk Aplikasi Chat Bot dan Dilengkapi AI
Menanggapi berita yang tersebar, Kominfo melakukan penelusuran terhadap kebenarannya dan memastikan itu adalah hoax. Talking Angela adalah aplikasi game yang memungkinkan penggunanya untuk berbicara dengan kucing virtual.
Seperti halnya chat bot, Angela dilengkapi dengan Artificial Intelligence sehingga dapat merespon beberapa pertanyaan sederhana. Apabila pengguna memberikan akses kamera pada sebuah aplikasi, maka aplikasi tersebut dapat mengenali sejumlah mimik muka dengan baik.
Berita game kucing Angela ini memberi pelajaran penting bagi para pengguna ponsel untuk bijak dalam menanggapi sebuah informasi. Selain itu, orang tua juga perlu mengawasi penggunaan ponsel oleh anak-anak. Bagaimanapun, setiap hal selalu memberikan sisi positif dan negatif tergantung perilaku penggunanya.